Kepunahan Burung Memicu Hilangnya Bunga
Fakta tersebut telah dijumpai pada herba Rhabdothamnus solandri yang banyak hidup di wilayah North Island, Selandia Baru. Populasi tanaman herba tersebut menurun drastis sejak hilangnya dua spesies burung dari wilayah itu, yakni Anthornis melanura dan Notiomystis cincta. Dua spesies tersebut punah setelah tikus diintroduksi pada tahun 1870 dan menjadi pemangsanya.
Sebelumnya, ilmuwan dari Universitas Canterbury di Christchurch, Selandia Baru, membandingkan tanaman herba yang ada di North Island dengan tanaman herba di tiga pulau kecil lain, di mana 2 spesies burung tersebut masih dijumpai. Mereka membantu penyerbukan 79 tanaman herba dan membandingkan hasilnya dengan penyerbukan alami.
Ilmuwan menemukan, 70 persen tanaman di North Island dan ketiga pulau lainnya yang penyerbukannya dibantu ilmuwan menghasilkan buah. Tanpa bantuan manusia, hanya 22 persen saja tanaman di North Islands yang menghasilkan buah. sementara di ketiga pulau lainnya, persentase tanaman yang berbuah tanpa bantuan mencapai 58 persen.
Selain itu, peneliti menjumpai bahwa ukuran buah yang dihasilkan oleh tanaman di North Island lebih kecil. Biji yang dihasilkan juga 84 persen lebih sedikit, bukti bahwa tanaman sebelumnya tak terserbuki dengan baik. Jumlah biji yang lebih sedikit tercermin dari ratio populasi tanaman muda dan tua yang tak seimbang.
Dave Kelly, peneliti yang melakukan riset ini mengatakan, manusia masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan Rhabdothamnus solandri dari kepunahan. "Kepunahan tumbuhan berlangsung lebih lambat dari kepunahan hewan, sebab tumbuhan bisa hidup lebih lama. Kita memiliki kesempatan untuk menyelamatkannya," katanya.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan, menurut Kelly, adalah mengembalikan populasi dua spesies burung ke wilayah North Island. Dengan demikian penyerbukan yang sempurna bisa berlangsung, membantu kelestarian spesies. Kelly memperkirakan bahwa tanaman herba yang kini berkurang populasinya bisa bertahan hingga 150 tahun.
Sementara itu, pakar burung dari Universitas Queensland di Brisbane, Australia, Martin Maron, mengatakan bahwa kejadian tersebut menggambarkan pentingnya peran burung. "(Kehilangan burung) tidak hanya kehilangan satu spesies dari muka bumi. Kehilangan spesies kunci di area tertentu bisa membuat ekosistem kolaps,"
bisa bahaya juga buat pertanian kawan. bayangkan beberapa komoditas pertanian yang membutuhkan hewan seperti burung untuk penyerbukan punah. efisiensi penyerbukan jadi berkurang dan tentunya berpengaruh pada hasil pertanian itu sendiri. katanya.
sumber: kompas,google search.