LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN ACARA II. PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP POLA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI TANAMAN
ACARA II. PENGARUH
DOSIS PEMUPUKAN DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP POLA PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN
Oleh:
Widdi Setiawan
NIM A1L008090
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Adaptasi adalah setiap sifat atau bagian yang
dimiliki oleh organisme yang berguna bagi kelanjutan hidupnya pada keadaan
sekeliling habitatnya. Sifat-sifat tersebut memungkinkan organisme atau tanaman mampu
menggunakan lebih baik unsur-unsur yang tersedia (hara, air, suhu, cahaya juga
sifat resistensi terhadap pengganggu/penyakit atau hama). Tamanan dapat
mempunyai adaptasi morfologis seperti kekuatan batang atau bentuk tanaman dan
adaptasi fisiologis yang menghasilkan ketahanan parasit, kemampuan yang lebih
besar dalam mengambil unsur-unsur hara atau tahan terhadap kekeringan.
Sebetulnya perbedaan yang jelas tidak ada karena keduanya sama-sama
menggambarkan proses fisiologis. Jadi adaptasi dapat dinyatakan sebagai
kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkunggan dan menggunakan
sumber-sumber alam lebih baik untuk mempertahankan hidupnya dalam relung
(nisia, niche) yang diduduki.
Keadaan lingkungan disini
berarti keadaan yang terus menerus berubah selama pertumbuhan tanaman
berlangsung. Hal ini berarti setiap organisme mempunyai adaptasi untuk dihup
pada berbagai macam keadaan lingkungan. Dengan demikian berarti organisme
(setiap makhluk hidup) merupakan hasil keturunan biologi dalam lingkungannya.
Johannsen (1903) memberikan istilah genotipe untuk sifat-sifat keturunan yang
diterima organisme yang relatif konstan selama hidupnya. Sedang fenotipe untuk
rupa atau bentuk organisme yang akan selalu mengalami perubahan.
B.
Tujuan
Untuk
menganalisis distribusi dan jenis tanaman yang di budidayakan berdasarkan
tingkat ketinggian tempat berbeda serta pengamatan terhadap faktor-faktor
lingkunganya
II.
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan bahan
Kendaraan
motor, alimeter, lux meter, termometer dan alat tulis
B.
Prosedur kerja
Praktikan
akan di tunjukkan hamparan lahan pertanian ( luas ) kemidia di amati dan
diperoleh data.
Variabel
yang di aati adalah ketinggian tempat, suhu, kembapan, intensitas cahaya, jenis
tanaman, permasalahn yag mungkin muncul.
III.
HASIL PENGAMATAN
Perhitungan
Chi Square
Luas tanaman padi = 1836000
cm2 ®
50% 1818000
Luas tanaman albasia = 1800000
cm2 ®
50% 1818000
No
|
Kategori
|
Y
|
Fo
|
Fc
|
1
|
Padi
|
50
|
1836000
|
1818000
|
2
|
Albasia
|
50
|
1800000
|
1818000
|
Xc2 = [(Xi – n Po)-½]2 + [(Xii
– n (1 - Po))-½]
2
nPo n (1 - Po)
= [(1836000 – 1800000) –
0,5]2 + [(1800000 – 1818000) – 0,5] 2
1818000
1818000
=
(18000-0,5) 2 + (-18000-0,5)
2
1818000 1818000
=
323982000 + 324018000,25
1818000 1818000
=
178,207 + 178,227
=
356,434
Ho = Fe = Fo
H1 = Fe ≠ Fo
Xc2 = Tabel X2 (5%,1) =
3, 891
Xc2 > X2 (5%,1)
H1 diterima, jadi dugaan itu salah
IV.
PEMBAHASAN
Fitogeografi merupakan
ilmu yang banyak mempelajari tentang distribusi tumbuhan dari mulai kontrol
distribusi individual hingga faktor-faktor yang memengaruhi total komunitas dan
semua tumbuh-tumbuhan. Fitogeografi dibagi menjadi dua
bidang utama, yaitu fitogeografi ekologi dan fitogeografi historical.
Fitogeografi ekologi menerangkan bagaimana peranan komponen biotik dan abiotik
dalam memengaruhi persebaran tumbuhan. Fitogeografi historical fokus pada
pembelajaran mengenai rekonstruksi dari sejarah persebaran dan kepunahan dari
taksa tumbuha tertentu.
Distribusi Tumbuhan
Tumbuhan di dunia ini sangat beraneka distribusinya. Ada tiga kategori
persebaran tumbuhan yang ada, yaitu kosmopolit, endemik, dan diskontinyu
(terputus-putus).
a. Tumbuhan kosmopolit
Tumbuhan
kosmopolit merupakan tumbuhan yang memiliki area persebaran hampir seluruh
daerah di dunia. Salah satu contoh adalah distribusi dari famili tumbuhan
Zingiberaceae yang hampir terdapat pad seluruh daerah beriklim tropis.
b. Tumbuhan endemik
Endemik
merujuk pada individu dengan persebaran yang sangat terbatas pada suatu kawasan geografi yang
unik, misal suatu pulau, danau, negara atau suatu habitat tertentu di suatu
daerah. Tumbuhan yang memiliki endemisitas tinggi rawan mengalami kepunahan
kalau keberadaannya terkena gangguan baik dari alam atau manusia. Salah satu
contoh tumbuhan endemik adalah bunga Rafflesia arnoldi yang secara alami hanya
ditemukan di daerah pegunungan dari Provinsi Bengkulu.
c. Tumbuhan diskontinyu
Kelompok
tumbuhan yang memiliki persebaran diskontinyu adalah tumbuhan-tumbuhan yang
sebenarnya berhubungan secara kerabat akan tetapi terpisah pada lokasi yang sangat jauh secara geografik. Penyebab tumbuhan
memiliki distribusi yang diskontinyu adalah adanya fragmentasi area dan habitat
serta adanya mekanisme dispersal. Salah satu contoh tumbuhan diskontinyu adalah
Notofagus, yang terdapat di Afrika Selatan dan Australia-Papua-Selandia Baru.
Distribusi tumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain iklim, tanah dan nutrien, dan
kompetisi. Konsep persebaran tumbuhan lebih muda dipahami dengan konsep
kemampuan adaptasi tumbuhan. Salah satu teori terkait kebutuhan tumbuhan
terkait nutrisi adalah Hukum Minimum
Liebig, yang menyatakan bahwa kemampuan hidup tumbuhan sangat dibatasi oleh faktor lingkungan yang
kadarnya paling kecil.
Hukum Liebig tersebut
memunculkan pengetahuan mengenai kemampuan toleransi dari tumbuhan. Kemampuan
tumbuhan dalam bertoleransi terhadap keadaan lingkungan dibagi menjadi dua
macam, yaitu eurytopic dan dan stenotopic. Eurytopic merupakan kelompok
tumbuhan yang memiliki wilayah toleransi yang luas, sedangkan stenotopic
merupakan kelompok tumbuhan dengan kemampuan toleransi yang areanya sempit.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi
distribusi tumbuhan.
a. Central of origin
Central of origin merupakan daerah dimana tumbuhan
asli berasal. Salah satu pendapat mengatakan bahwa center of origin dapat dilihat dari daerah dengan
keanekaragaman taksa tumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.
b. Dispersal
Dalam
kehidupan hewan, sering dikenal adanya migrasi, akan tetapi tumbuhan tidak
memiliki kemampuan migrasi, melainkan hanya kemampuan untuk penyebaran biji
yang sering dikenal dengan istilah dispersal. Penyebaran biji pada tumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adanya angin, air, serangga, dan
makhluk hidup lain termasuk manusia.
c. Resiliensi: Elastisitas dan Amplitudo
Ekologi
Resiliensi
merupakan kemampuan suatu sistem tumbuhan untuk kembali ke kondisi awal setelah
adanya gangguan. Resiliensi mencakup elastisitas dan amplitudo ekologi.
Elastisitas menyatakan seberapa cepat tumbuhan kembali ke kondisi semula.
Amplitudo ekologi merupakan perkiraan bagaimana suatu sistem (tumbuhan) dapat
kembali ke kondisi sebelumnya dan kembali lagi.
d. Ekotipe
Ekotipe
merupakan salah satu respon geneti tumbuhan terhadap suatu habitat tertentu.
Ekotipe dapat digunaka untuk menjelaskan spesies yang bervariasi jelas dari
segi geografi, populasi yang jarang, yang teradaptasi terhadap suatu kondisi
lingkungan spesifik. Ekotipe biasanya akan memunculkan perbedaan fenotip dalam
suatu spesies atau taksa tumbuhan.
Hasil pengamatan praktikum ekologi kali ini
di peroleh dengan cara mengamati distribusi sebaran vegetasi di sekitar daerah
dengan ketinggian antara 180 mdp- 510 mdpl. Pengabilan sampel di lakukan dengan
membagi 3 daerah yaitu daerah bawah, tengah dan atas
a.
Bawah
Daerah
ini memiliki ketinggian 180 mdpl dengan suhu 27 C dan kelembapan 40 %. Pada
tegakan tinggi intensitas cahaya berkisar 1573 lux dan pada tegakan rendah 580
lux. Warna tanah rata-rata berwarna cokelat yang mencirikan daerah tersebut
masih memiliki kandungan unsur hara dan bahan organik yang tinggi. Sebaran
tanaman yang diperoleh yaitu pisang, albasia, kelapa, talas tebu, singkong.
Nangka, jati turi, jagung, cabai, katuk, waru, padi, kunyit, bawang daun, petai
cina.
Tanaman
yang dominan pada daerah bawah yaitu tanaman padi dengan daerah sebaran 0,5 ha.
Padi di tananam dengan sistem monokultur sedangkan jagung di tumpang sarikan
dengan cabai, albasia juga mengguanakan siste tanam monokultur. Sistem irigasi
menggunakan sistem irigasi nonteknis. Hama yang menyerang pada padi yaitu keong
dan wereng. Di daerah tersebut juga terdapat kolam gurame seluas 42 m2
b.
Tengah
Daerah
tengah memiliki ketinggia berkisar 250 mdpl dengan suhu 25 Cm kelembapan 23 %,
itensitas pada tegakan tinggi 1578 lux dan 477 lux pada tegakan rendah saat
pengamatan.
Sebaran
vegatasi yang terdapat di daerah tengah yaitu kelapa, padi, talas, pisang,
albasia, salak, duku, durian, cokelat, kayu aro, melinjo, singkong, kakao, da
cemara. Jumlah areal padi berkisar 183,6 m2, albasia 180 m2 kelapa 540 m2 ( 15
tanaman ), talas 30 tanaman.
Sistem pertanaman yaitu
dengan tumpangsari padi dengan tlas dan kebun campur. Serangan hama dan
penyakit di daerah tengah yaitu karat puru dan keong emas.
c.
Atas
Daerah
atas memilik ketinggain berkisar antara 510 mdpl dengan suhu 24 C dan
kelembapan 27 %. Itensitas cahaya pada tegakan tinggi 264 lux dan intensitas
cahaya pada tegakan rendah 38 lux pada saat pengamatan. Tanah di daerah atas
masih berwarna cokelat tetapi lebih kecoklat tua an di banding dengan tengah
dan bawah.
Sebarang
vegetasinya hampir sama dengan tengah dan bawah yaitu kelapa, pisang, albsia,
singkong, padi, talas, cabai, jagung.
Sistem pertanaman di
daerah atas yaitu dengan sistem monokultur pada padi dan kebun campur dengan Sistem
irigasi masih non teknis. Serangan hama dan penyakit juga hampir sama dengan
daerah bawah dan atas yaitu walang sangit dan hama burun.
Dari
hasil perhitungan chi square dapat disimpulkan bahwa jumlah atau areal pertanaman
padi dan albasia memiliki nilai yang hampir sama. Hal ini di karenakan masih
banyaknya petani yang enggan menggarap lahan mereka untuk pertanaman atau
budidaya tanaman musiman karena perawatan yang sulit atau waktu pemeliharaan
yang tidak ada sehingga di tanam tanaman tahunan yang perawatannya lebih mudah.
Selain itu tanaman tanaman padi juga masih mendominasi areal pengamatan hal ini
dikarenakan lahan sawah yang masih produktif dan di irigasi yang masih bisa di
gunakan untuk memenuhi kebutuhan air.
KESIMPULAN
1. Adaptasi adalah setiap sifat atau bagian yang
dimiliki oleh organisme yang berguna bagi kelanjutan hidupnya pada keadaan
sekeliling habitatnya. Sifat-sifat tersebut memungkinkan organisme mampu menggunakan lebih baik
unsur-unsur yang tersedia.
2. Faktor-faktor penentu adaptasi dan
koefisien seleksi antara lain vigor somatik individu, daya tumbuh, lamanya
periode reproduksi, banyaknya keturunan, efisiensi mekanisme pollinasi.
3. Distribusi vegetasi: Kehadiran setiap
organisme pada suatu habitat adalah hasil perpeduan dengan keadaan lingkungan
setempat. Penyebaran vegetasi dapat secara alami yaitu perubahan geologis dari
iklim jaman dahulu sampai sekarang dan oleh kegiatan manusia.
5. Tipe penyebaran vegetasi: Artik Alpine,
temperate, pantropik, endemik luas, emdemik sempit, terputus.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Anonim, 2009. Distribusi dan pola
penyebaran vegetasi tanaman. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/ekotan%204.htm di akses tanggal 14
juni 2011 pukul 02:14 WIB
-
Animous,2011. Distribusi tanaman. http://www.nuryety.co.cc/2010/03/adaptasi-dan-distribusi-tanaman.html
Diakses tanggal 14 juni
2011 pukul 09.24 WIB
-
Animous, 2010. Keanekaragaman hayati. http://koleksiperpusunsri.web.id/index.php?p=show_detail&id=3562
Diakses tanggal 14 juni
2011 pukul 09.25 WIB