gravatar

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN TOLERAN ( CEKAMAN )


Hmm....sudah lama ga update...isi blog pun ga ke urus...yah walaupun berantakan saya rasa ada manfaat nya sedikit buat temen-temen dari fakultas pertanian di seluruh indonesia...maaf sekali lagi kalau berantakan.....yang punya blog sedikit gaptek hahaha....KALAU COPAS JANGAN LUPA DI EDIT YA....JANGAN DI COPAS SEMUA..DI BACA SATU-SATU...


                LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN TOLERAN

                                                        " CEKAMAN"

                         Males edit nya gan....di periksa aja.. cekaman apa aja


                                          CEKAMAN KEKERINAN PADA TANAMAN

                                                     A. PENDAHULUAN

          Dalam siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen, tanaman selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses metabolisme tanaman dapat berlangsung tanpa air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap oleh akar tanaman sangat bergantung pada kadar air dalam tanah yang ditentukan oleh kemampuan partikel tanah menahan air dan kemampuan akar untuk menyerapnya (Jumin, 1992)
       Air merupakan penting dalam proses pertumbuhan semau makhluk hidup termasuk tumbuhan, fungsi air pada tumbuhan adalah sebagai berikut :
Penyusun tubuh tanaman (70%-90%)
Pelarut dan medium reaksi biokimia
Medium transpor senyawa
Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel)
Bahan baku fotosintesis
Menjaga suhu tanaman supaya konstan
          Dalam jumlah terlalu banyak (menimbulkan genangan) sering menimbulkan cekaman aerasi dan saat jumlahnya terlalu sedikit, sering menimbulkan cekaman kekeringan  sehingga diperlukan upaya pengaturan lengas tanah supaya optimum, melalui pembuatan saluran drainase (mencegah terjadinya genangan) maupun saluran irigasi (mencegah cekaman kekeringan) 
         Kekeringan menimbulkan cekaman bagi tanaman yang tidak tahan kering Kekeringan terjadi jika lengas tanah lebih rendah dari titik layu tetap . Kondisi tersebut timbul karena tidak adanya tambahan lengas baik dari air hujan maupun irigasi sementara evapotranspirasi tetap berlangsung 
           Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan iar akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media tanam. Menurut kramer ( 1980 ), levitt ( 1980 ), harjadi dan yahya ( 1988 ) bahwa cekaman kekeringan biasa di sebut dought stess pada tanaman dapat di sebabkan dua hal yaitu (1) kekurangan suplai air di daerah perakaran dan (2) permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju evaoptranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar tanaman, walaupun keadaan air tanah tersedia cukup. Pada lhan kering, cekaman kekeringan pada tanaman terjadi karena suplai air yang tidak mencukupi.
Batasan kekeringan adalah suatu periode dalam pertumbuhan tanaman di mana terjadi defisiensi air tanaman atau air tanah yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. 
Apabila tanaman kehilangan lebih dari separoh air jaringannya dapat dikatakan bahwa tanaman mengalami kekeringan .Pertumbuhan dan hasil tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh cekaman kekeringan, merupakan hasil integrasi dari semua pengaruh cekaman pada proses fotosintesis, respirasi, metabolisme pertumbuhan, dan reproduksi. Untuk mengetahui kekeringan perlu di perhatikan beberapa proses fisiologi tumbuhan untuk mengetahui dampak kekeringan yang dapat diukur: tekanan turgor, bukaan stomata, laju metabolisme, kerusakan enzim, dan kerapatan akar 
        Faktor yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara langsung bukan potensial air, tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor. Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar 
     Pada tanaman yang tahan cekaman kekeringan, tekanan turgor daun tetap dipertahankan meskipun kandungan lengas tanah maupun air jaringan menurun. Hal ini terjadi melalui penurunan potensial osmotik daun yang disebut penyesuaian osmotik 
         Penyesuaian osmotik dapat dilakukan melalui akumulasi atau sintesis zat terlarut yang menurunkan potensial solut dan mempertahankan turgor sel 

          Zat yang sering dihasilkan tanaman untuk penyesuaian osmotik pada tanaman yang tahan cekaman kekeringan adalah senyawa prolin yang terakumulasi di jaringan daun  Kandungan prolin pada daun yang mengalami cekaman kekeringan 10 – 100 kali lipat dibandingkan tanaman yang kecukupan air Pada tanaman yang mengalami cekaman, prolin merupakan komponen asam amino terbesar dalam jaringan (30% dari total nitrogen terlarut)
           Peranan prolin adalah sebagai penampung nitrogen dari berbagai senyawa nitrogen yang berasal dari kerusakan protein, sebagai senyawa pelindung untuk mengurangi pengaruh kerusakan cekaman air di sel. Begitu tanaman terlepas dari cekaman air, senyawa prolin akan segera terdegradasi menjadi glutamat. Cekaman air mampu menurunkan LAB sampai 50%, terutama terjadi karena penurunan laju fotosintesis 
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk uji toleransi kekeringan dalam program pemuliaan tanaman (Winter et al., 1988), antara lain pengukuran kerapatan dan kedalaman akar ,perbandingan biomassa akar dan pucuk, ketahanan pada tahap awal partisi akar dan pucuk, kandungan air dalam daun, stabilitas osmotik membran ,perkecambahan dalam larutan osmotikum. Pemanfaatan metode tersebut untuk seleksi dalam program pemuliaan tanaman tergantung pada variabilitas dan heritabilitas sifat-sifat tertentu dalam populasi (Clarke, 1987)




                                                                        B. METODE

a. Tempat dan waktu praktikum
         Praktikum di lakukan di greenhouse fakultas pertanian unsoed dan persiapan bahan percobaan di  
         lakukan di laboratorium pemuliaan tanaman pada hari rabu tanggal 25 mei 2011.
b. Alat dan Bahan
        Alat yang digunakan adalah penyiram, oven, tali rafia, kertas label, amplop kertas, plastik, alat tulis,  
         timbangan analitik,  penggaris panjang dan polibag. Bahan yang di gunakan adalah benih kedelai, benih 
         jagung, benih kacang hijau, benih buncis dan benih cabai.
c. Rancangan percobaan
        Rancangan yang di gunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)
d. Variabel pengamatan
       Tinggi tanaman, panjang akar terpanjang, bobot kering tanaman, bobot akar.
e. Prosedur kerja
- Tanah sebagai media tanam di siapkan kemudian di masukkan dalam polibag yang telah di buat lubang
         tanam. Siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polibag yang telah berisi tanah tadi di bagi 2
        kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol ( K0 ). Kelompk kedua adalah sebagai perlakuan
        kekeringan ( K1 )
- Benih yang akan di tanam disiapkan dipilih yang baik dan bernas
- Benih yang di tanam pada polibag masing-masing 3 tanaman per polibag
- Polybag diletakkan sesuai dengan perlakuan yang sudah di tentukan berdasarkan rancangan acak
        kelompok ( RAK ) diulang sebanyak 3 kali
- Pemeliharaan tanaman seperti biasa, dilakukan dengan pemberian air hingga kapasitas lapang pada
        kontrol
- Pemberian perlakuan cekaman kekeringan dilakukan saat tanaman berumur 7 hari dan 21 hari yaitu
        dengan cara menyiram tanaman ½ kapasitas lapang
- Diamati pertumbuhan tanaman hingga akhir praktikum yang meliputi tinggi tanaman dan panjang akar
         terpanjang





                                             C. HASIL DAN PEMBAHASAN


           Tanaman yang terkena cekaman kekeringan adalah timbulnya klorosis, daun dan batang menjadi layu. Daun yang  menggulung disebabkan karena turgor sel pada daun yang menurun, karena turgor selsel menurun, maka menyebabkan jaringan juga kehilangan turgornya, yang pada akhirnya berakibat pada organ daun yang menggulung. eksternal (meskipun potensial air jaringannya rendah), terjadi mekanisme mempertahankan turgor agar tetap di atas nol, sehingga potensial air jaringannya tetap rendah dibandingkan potensial air eksternalnya sehingga tidak terjadi. Tanaman yang tahan (tolerant) telah melakukan beberapa adaptasi pada ion regulasi baik pada akar, batang, ataupun pada level daun. Perubahan proses fisiologi dipicu oleh ion-ion yang tampak juga sebagai perubahan morfologi pada tanaman. Tanaman tidak tumbuh karena tidak ada nya media yang mengangkut unsur hara yang ada di dalam tanah mengingat fungsi air adalah sebagai Penyusun tubuh tanaman (70%-90%), Pelarut dan medium reaksi biokimia , medium transpor senyawa , memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran sel), bahan baku fotosintesis  dan menjaga suhu tanaman supaya konstan  sehingga bila tidak ada air maka proses metabolisme menjadi terganggu sehingga tanaman tidak dapat tumbuh.

Mekanisme toleransi kekeringan pada tanaman

a. Drought escaping : kemampuan tumbuhan untuk dapat menyelesaikan daur hidupnya sebelum tanah
        mengalamai defisit air, yang di sebabkan oleh sangat pendeknya umut contoh pada tumbuhan di daerah
        padang pasir atau dengan kemampuan pengatus plastisitas perkembagnan yaitu fase reproduksi yang
        dapat di atus secara fotoperiodik hingga peak rainnfall ( tanaman yang berisfat foto period sensitif,
        tanaman intermediet dan tanamma budidaya umur genjah ( tanaman sebenarnya tidak tahan kering)
b. Drought avoidance : kemampuan tumbuhan untuk memelihara otensial air dalam tubuh ada aras yang
        tetap tinggi dengan cara menyerap air dari lapisan bawah tanah yang lebih dalam lapisan perakaran (
        root zone ) melalui perakaran yang dalam & besa atau kemampuan mengurangi kehilangan air samapai
        sekecil-kecilnya dengan menutup stomata, meningkatkan impermeabilitas kutikula, mengurangi luas
        permukaan transpirasi dengan cara pengguguran daun, pengeringan pucuk daun dan pperibahan  
        orientasi daun walaupun terjadi defisit air tanah ( tanaman dapat mamu bertahan )
c. Drought tolerance adalah kemampuan sel tumbuha untuk hidup dan berfungsi metabolik walaupun
        jaringan mulai mengering atau menurun otensial airnya atau kemampuan tanaman untuk menjaga dirinya
        pada status air jaringan atau turgor menurun, fungsi hidup masih berjalan dan terjadinya erusakan tubuh
        minimal  ( osmotik adjustment dengan cara mempertinggi bahan padat yang larut dalam sel ) atau
        dengan potensial air adalah status energi air yang berada di dalam sisten air tanaman dalam keadaan
        setimbang ( tidak bergerak keluar masuk ) air munri : potensial air = 0 sehingga potensial aitr tubuh
        tanaman ( sistem air tanaman ) selalu <0 sehingga tandanya selalu negatif ( - ). Potensial osmotik bagian
       dari potensial air yang merupakan hasil dari pengaruh gabungan semua bahan larut dalam sistem air
       tanaman ( dengan tanda “.”) tekaanan osemose dengan tanda (.)
d. Recovery yaitu terjadinya laju pertumbuhan kembali dengan cepatt segera sesudah cekaman
       kekeringan di hentikan ( ummnya tanaman budidaya semusim yang tahan kering recovery nya lebih
       rendah dari pada tahan kering )

     Respons yang pertama kali dapat diamati pada tanaman yang kekurangan air ialah penurunan conductance yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan turgor. Hal ini mengakibatkan laju transpirasi berkurang, dehidrasi jaringan dan pertumbuhan organ menjadi lambat, sehingga luas daun yang terbentuk saat kekeringan lebih kecil. Kekeringan pada tanaman dapat menyebabkan menutupnya stomata, sehingga mengurangi pengambilan CO2 dan menurunkan berat kering 
        Tumbuhan merespon kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan airpada daun akan menyebabkan sel penjaga kehilangan turgornya, suatu mekanisme kontrol tunggal yang memperlambat transpirasi dengan menutup stomata. Kekurangan air juga dapat meningkatkan sintesa ABA dari mesofil daun, sehingga mempertahankan sel penjaga tetap menutup Daun merespon kekurangan air dengan penghambatan pertumbuhan dan pembesaran daun muda, sehingga memperlambat peningkatan luas permukaan daun. Hal ini meminimumkan kehilangan air melalui transpirasi Pada kapasitas air berapakah tanaman bisa tercekam kekeringan

Cekaman kekeringan dapat dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu:
a. Cekaman ringan :jika potensial air daun menurun 0.1 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 8 – 10 %
b. Cekaman sedang: jika potensial air daun menurun 1.2 s/d 1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun 10 – 20 %
c. Cekaman berat: jika potensial air daun menurun >1.5 Mpa atau kandungan air nisbi menurun > 20%
Dari hasil praktikum di peroleh data sebagai berikut
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman kedelai
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman kedelai
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman kedelai
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman buncis
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman buncis
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman buncis
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman buncis
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman buncis
- Perlakuan dengan varietas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanamana buncis
Kesimpulan varietas 1 dan varietas 2 tanaman kedelai memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman kedelai wapaupan dalam keadaan cekaman kekeringan
- Perlakuan dengan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanmaan buncis
- Perlakuan dengan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman buncis
Kesimpulan varietas 2 dan varietas 2 tanaman kedelai memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman kedelai walapun dalam keadaan cekaman kekeringan
- Perlakuan dengan varietas memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman buncis



                Penelitian pada perkecamban padi yang berjudul  evaluasi indikator toleransi cekaman kekeringan pada fase perkecambahan padi (oryza sativa l.) di perloeh hasil   Panjang akar seminal, panjang tunas, panjang koleoptil, rasio panjang akar seminal:panjang tunas, persentase perkecambahan dan seed vigour index pada kecambah padi varietas Mira dan IR 64 dengan perlakuan PEG 0 dan -0,5 MPa 
          Panjang tunas dan panjang koleoptil kedua varietas padi pada PEG 0 MPa lebih panjang dibandingkan dengan perlakuan PEG -0,5 MPa. Tetapi panjang akar
seminal varietas Mira 1 pada perlakuan PEG 0 Mpa relatif lebih panjang daripada perlakuan PEG -0,5 MPa. Sedangkan panjang akar seminal varietas IR 64 pada perlakuan PEG 0 MPa relatif lebih pendek daripada perlakuan PEG -0,5 MPa.
           Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor varietas, faktor PEG serta interaksi antara faktor varietas dan PEG tidak menyebabkan perbedaan panjang akar seminal pada kecambah padi varietas Mira 1 dan IR 64 dengan perlakuan PEG 0 dan -0,5 MPa. Faktor PEG menyebabkan perbedaan panjang tunas varietas dan interaksi antara varietas dan PEG tidak menyebabkan perbedaan panjang tunas. Panjang tunas kecambah padi pada PEG 0 MPa (1,78 cm) adalah 2 kali lipat dibandingkan dengan PEG -0,5 MPa (0,87 cm). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor PEG menyebabkan perbedaan panjang koleoptil yang nyata pada taraf siginifikansi 5%, sedangkan faktor varietas dan interaksi antara varietas dan PEG tidak menyebabkan perbedaan panjang koleoptil. Panjang koleoptil kecambah padi pada PEG 0 MPa 94% (1,1 cm) lebih besar daripada PEG -0,5 MPa (0,57 cm). Faktor PEG dan interaksi antara varietas dan PEG menyebabkan perbedaan rasio panjang akar seminal:panjang tunas yang nyata pada taraf signifikansi 5%, sedangkan faktor varietas tidak menyebabkan perbedaan rasio panjang akar seminal:panjang tunas. Rasio panjang akar seminal:panjang tunas pada IR 64 dengan perlakuan PEG -0,5 MPa adalah 96% lebih besar daripada IR 64 dengan perlakuan PEG -0,5 MPa, 52% lebih besar daripada Mira 1 dengan perlakuan PEG -0,5 MPa dan 56% lebih besar daripada Mira 1 dengan perlakuan PEG 0 MPa. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, faktor PEG menyebabkan perbedaan persentase perkecambahan yang nyata pada taraf signifikansi 5%. Persentase perkecambahan padi pada PEG 0 MPa (94%) 2 kali lipat dibandingkan dengan PEG -0,5 MPa (46%). Faktor varietas, faktor PEG serta interaksi antara faktor varietas dan PEG tidak menyebabkan perbedaan seed vigour index pada kecambah padi varietas Mira 1 dan IR 64 dengan perlakuan PEG 0 dan 0,5 MPa.

                                                                   D. SIMPULAN

- Terdapat perbedaan respon agronomis antar varietas dalam menghadapi kondisi kekeringan. Meskipun tidak terdapat perbedaan pada karakter di bagian atas tanaman (tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun dan biomasa), tetapi panjang akar antar varietas berbeda sangat nyata.


                                                                    E. SARAN

Sebaiknya di gunakan praktikum dan analisis yang lebih sederhana untuk praktikum pemuliaan tanaman toleran



                                                      F. DAFTAR PUSTAKA
             
Anymous, 2009. Cekaman kekeringan ( On-line )   http://bbpadi.litbang.deptan.go.id/index.php/in/download/finish/23/645/0 diakses tanggal 7 juni 2011 pukul 13.20 WIB

Clarke, J.M. 1987. Use of Physiological and Morphological Traits in Breeding
       Programmes to Improve Drought Resistance of Cereals. J.P. Srivastata, E.
       Porceddu, E. Acevedo, S. Verma (Eds). Drought Tolerance Winter Cereal.
       John Wiley and Sons: New York. Hal. 171-190.

Campbell. 2003. Biologi. Prentice hall, USA.

Jumin, H.B. 1992. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press:  
       Jakarta.

Lawlor, D.W. 1993. Photosynthesis Molecular, Physiological and Environmental
       Processes. 2nd Ed. Longman Scientific and Technical: England.


Winter, S.R., T.J. Musick, K.B. Porter. 1988. Evaluation of Screening Techniques
       for Breeding Drought Resistance Winter Wheat. Crop Sci. 28:512-516.







































                                                        CEKAMAN GENANGAN




A. PENDAHULUAN

            Genangan  menimbulkan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman  dampak genangan yang terjadi dapat menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi)
     Pada kondisi genangan, < 10% volume pori yang berisi udara  Sebagian besar tanaman pertumbuhan akarnya terhambat bila < 10% volume pori yang berisi udara dan laju difusi O2 kurang dari 0.2 ug/cm2/menit  . Keadaan lingkungan kekurangan O2 disebut hipoksia, dan keadaan lingkungan tanpa O2 disebut anoksia (mengalami cekaman aerasi)
      Kondisi anoksia tercapai pada jangka waktu 6 – 8 jam setelah genangan, karena O2 terdesak oleh air dan sisa O2 dimanfaatkan oleh mikroorganisme. Pada kondisi tergenang, kandungan O2 yang tersisa di tanah lebih cepat habis bila ada tanaman Laju difusi O2 di tanah basah 20000 kali lebih lambat dibandingkan di udara Laju penurunan O2 dipengaruhi oleh tekstur tanah
        Media pertumbuhan  pasiran, kehabisan O2 terjadi pada 3 hari setelah tergenang sedangkan pada tanah lempungan terjadi < 1 hari, porositas lempungan lebih rendah daripada pasiran . Penurunan O2 dipercepat oleh keberadaan tanaman di lahan, akar tanaman menyerap untuk respirasi  Akar tanaman legum berbintil memerlukan O2 enam kali lebih banyak dibandingkan yang dibuang
       Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi, permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan menyebabkan kematian akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan . Kematian akar menjadi penyebab kekahatan N dan cekaman kekeringan fisiologis
          Pada tanaman legum, genangan tidak hanya menghambat pertumbuhan akar maupun tajuk juga menghambat perkembangan dan fungsi bintil akar .Fungsi bintil akar terganggu karena terhambatnya aktifitas enzim nitrogenase dan pigmen leghaemoglobin, kemampuan fiksasi N2 akan menurun. Tanaman kedelai termasuk tanaman yang tahan genangan, mampu membentuk akar adventif dan bintil akar pada akar tersebut, efek genangan akan hilang begitu akar adventif terbentuk
         Pengaruh genangan pada tajuk tanaman: penurunan pertumbuhan, klorosis, pemacuan penuaan, epinasti, pengguguran daun, pembentukan lentisel, penurunan akumulasi bahan kering, pembentukan aerenkim di batang. Besarnya kerusakan tanaman sebagai dampak genangan tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Fase yang peka genangan: fase perkecambahan, fase pembungaan, dan pengisian
          Genangan pada fase perkecambahan menurunkan jumlah biji yang berkecambah (perkecambahan sangat memerlukan O2) Genangan yang terjadi pada fase pembungaan dan pengisian menyebabkan banyak bunga dan buah muda.



B. METODE

a. Tempat dan waktu praktikum
Praktikum di laksanakan di laboratorium pemuliaan tanaman dan greenhouse fakultas pertanaian universitas jenderal soedirman.
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat penyiram, oven, talir rafia, kertas label, amplop, kertas plastiku, alat tulis, timbangan analitik, penggaris panjang dan poibag
Bahan yang digunakan adalah benih kedelai, benih jagung, benih kacang hijau, benih buncis dan benih cabai.
c. Rancangan percobaan
Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
d. Variabel pengamatan
Tinggi tanaman, panjang akar terpanjang, bobot kering taaman, bobot tajuk, bobot akar
e. Prosedur kerja
- Tanah sebagai media tanama di siapkan, dimasukkan dalam polibag, siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polybag yang telah berisi tanah tadi dibagi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagi kontrol (G0). Polybag diberi lubang, kelompok kedua adalah sebagai perlakuan (G1) Polybag tidak diberi lubang
- Benih yang akan di tanam disiapkan dipilih yang baik dan bernas
- Benih di tanam pada polibag masing-masing 3 tanaman per polybag
- Polybag di letakkan sesuai dengan perlakuan yang sudah di tentukan berdasarkan rancaangan acak kelompok ( RAK ) di ulang sebagnyak 3 kali
- Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian air hingga kapasitas lapngan untuk kontrol
- Perlakuan cekaman kelebihan air di lakukan saat tanama berumur 7 hari samapai dengan 21 hari yaitu dengan cara menggenangi tanaman kira-kira batas air setinggi 3 cm
- Di amati pertumbuhan tanaman hingga akhir praktikum yang meliputi tinggi tanaman, dan panjang akar terpanjang
- Setelah itu tanaman di oven selama 3 hari kemudian di ukur bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio akar/tajuk



C. HASIL DAN PEMBAHASAN

            Peranan air bagi tumbuhan guna menjamin kelangsungan proses fisiologis dan biologi pertumbuhannya yaitu :  Merupakan 90 – 95% penyusun tubuh tanaman,  sebagai aktivator enzim, pereaksi dalam reaksi hidrolisis , sumber H dalam fotosintesis , penghasil O2 dalam fotosintesi, pelarut dan pembawa berbagai senyawa, menjaga Ψp sel yang penting untuk pembelahan, pembesaran, pemanjangan sel, mengatur bukaan stomata, gerakan daun dan bunga (misal epinasti), Pemacu respirasi, mengatur keluar masuknya zat terlarut ke dan dari sel  serta mendukung tegaknya tanaman, terutama pada tanaman herbaceus 
dan agensia penyebaran benih tanaman , Mempertahankan suhu tanaman tetap konstan pada saat cahaya penuh  
                Oksigen adalah suatu zat yang di hasilkan oleh hasil dari fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang berbentuk gas. Peranan oksigen di dalam kehidupan ini, khususnya bagi semua mahluk hidup manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, yang sangat memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Oksigen dalam tumbuhan sangat di perlukan pada saat respirasi. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atausenyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat- intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi . Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah darioksigen yang tersedia di udara
Genangan selain menimbulkan penurunan difusi O2 masuk ke pori juga akan menghambat difusi gas lainnya, misal keluarnya CO2 dari pori tanah. CO2 terakumulasi di pori, pada tanah yang baru saja tergenang 50% gas terlarut adalah CO2, sebagian tanaman tidak mampu menahan keadaan tersebut  dampak kelebihan konsentrasi CO2 mempunyai pengaruh lebih kecil dibandingkan defisiensi O2. 
          Genangan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah Struktur tanah rusak, daya rekat agregat lemah, penurunan potensial redoks, peningkatan pH tanah masam, penurunan pH tanah basa, perubahan daya hantar dan kekuatan ion, perubahan keseimbangan hara . Tanaman yang tergenang menunjukkan gejala klorosis khas kahat N kekahatan N terjadi karena penurunan ketersediaan N maupun penurunan penyerapannya 
        Pada kondisi tergenang ketersediaan N dalam bentuk nitrat sangat rendah karena proses denitrifikasi, nitrat diubah menjadi N2, NO, N2O, atau NO2 yang menguap ke udara . Pada proses denitrifikasi, nitrat digunakan oleh bakteri aerob sebagai penerima elektron dalam proses respirasi . Genangan berdampak negatif terhadap ketersediaan N, tetapi ada pula keuntungan dari timbulnya genangan yaitu peningkatan ketersediaan P, K, Ca, Si, Fe, S, Mo, Ni, Zn, Pb, Co
          Genotip yang lebih tahan terhadap genangan adalah jagung karena jagung memliliki perakaran yang banyak dan luas daun yang lebih besar sehingga mampu menguapkan lebih banyak air di banding jenis tanaman yang lainnya. Mekanisme toleransi genangan yang terbukti pada praktikum adalah dengan tetap tumbuhanya tanaman walaupun dengan kondisi yang tidak normal. Terlihat pada tinggi, bobot kering akar maupun batang tanaman yang seharusnya pada kondisi tidak terkena cekaman genangan lebih tinggi dan bobot keringnya lebih besar. 






                                                         D. SIMPULAN

- peranan air bagi tumbuhan sangat besar diantaranya ;untuk pemakaian evapotranspirasi ,di gunakan untuk proses asimilasi, sebagai pengangkut unsure harav , sebagai pengatur tegangan sel, dan sebagai bagian dari tanamaan baik sebagai penyusun jaringan ,maupun sebagai penolonng sifat sifat bahan-bahan penyusun jaringan tersebut.
- Fungsi oksigen secara umum bagi tanaman adalah untk proses respirasi



                                                    E. SARAN

- Praktikum pemuliaan tanaman toleran sebaiknya di laksanakan di awal praktikum mengingat analisis yang sedikit rumit di bandingkan dengan praktik




                                            F. DAFTAR PUSTAKA


Anymous, 2008. Manfaat dan fungsi oksigen bagi tanaman. http://www.scribd.com/doc/39405421/RESPIRASI-PADA-TUMBUHAN (On-line) diakses tanggal 8 juni 2011 pukul 20.12 wib.

Campbell, at al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press.

Fallah, Affan Fajar. 2006. Perspektif Pertanian dalam Lingkungan yang Terkontrol. http://io.ppi jepang.org. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.

Haryati. 2008. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanamanhttp://library.usu.ac.id/download/fp/hslpertanian-haryati2.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.
Hidayat. 2002. Cekaman Pada Tumbuhan.http://www.scribd.com/document_downloads/ 13096496?extension=pdf&secret_password=. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.
Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Petani Wahid. 2006. Cekaman Lingkungan Abiotik pada Lahan-Lahan Marginal. http://petani wahid.blogspot.com/2008/08/tanah-tantangan-bertani-di-indonesia.html. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.

Sinaga. 2008. Peran Air Bagi Tanaman.http://puslit.mercubuana.ac.id/file/8Artikel %20Sinaga.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juni 2011.



                                                               CEKAMAN GARAM



A. PENDAHULUAN


 Dibawah kondisi alamiah, tumbuhan tinggi daratan mendapati konsentrasi garam tinggi dekat dengan pantai dan estuari dimana air laut dan air tawar bercampur atau saling menggantikan sesuai pasang surut air laut. Jauh kedarat, rembesan garam alamiah dari deposit marin geologi  dapat mengalir ke daerah didekatnya yang menjadikan daerah itu tidak dapat dipakai untuk pertanian. Akan tetapi suatu masalah yang jauh lebih ekstensif pada pertanian adalah akumulasi garam dari air irigasi.
  Evaporasi dan transpirasi memindahkan air murni ( sebagai uap) dari tanah, dan kehilangan air ini mengkonsentrasian solute dalam tanah. Ketika air irigasi mengandung konsentrasi solute yang tinggi dan ketika tidak ada peluang untuk membilas keluar garam yang terakumulasi kepada suatu system drainase, maka garam dapat dengan cepat mencapai tingkat mencederai pada jenis yang sensitif. Diperkirakan sepertiga dari tanah irigasi di dunia terpengaruh oeh garam.
           Di lapangan salinitas air tanah atau air irigasi diukur dalam konduktivitas listriknya atau dalam potensi osmosisnya. Air murni adalah konduktor arus listrik yang buruk; konduktivitas dari suatu sampel air disebabkan karena ion ion yang terlarut  didalamnya. Makin tinggi konsentrasi garam dalam air, makin besar konduktan listriknya dan makin rendah potensi osmosis ( maki tinggi tekanan osmosisnya).
           Tumbuhan dapat dibagi dalam 2 kelompok besar berdasarkan responnya pada  konsentrasi tinggi garam. Halofita(Halophytes) adalah tumbuhan yang asli pada tanah2 salin dan menyelesaikan siklus hidupnya pada lingkungan yang demikian ini. Glikofita ( Glycophytes- secara leterlek ”tumbuhan manis”) atau non halofita yang tidak mampu untuk menahan garam sederajat  halofita. Biasanya ada ambang konsentrasi dari garam garam diatas tadi dimana glikofita mulai menampakkan tanda hambatan pertumbuhan, perubahan warna daun, dan kehilangan bobot kering.
            Diantara tanaman budidaya jagung, bawang merah, jeruk, pekan, selada, dan buncis adalah sangat sensitif terhadap garam, kapas dan barley toleran moderat; dan gula bit, kurma, adalah sangat toleran. Beberapa jenis yang sangat toleran terhadap garam seperti Suaela maritima (tumbuhan pada air asin), dan Atriplex nummularia (semak garam), mmperlihatkan stimulasi pertumbuhan pada konsentrasi Cl-beberapa kali lebih besar dari tingkat letal bagi tanaman yang sensitif.

Yancey et.al., 1982 mengatakan bahwa berbagai mekanisme dilakukan oleh tanaman yang mengalami cekaman salinitas. Mekanisme tersebut berupa respon baik secara molekuler maupun seluler, seperti melakukan pengaturan status air dalam tubuh dan perubahan komponen seluler dengan biosintesis akumulasi senyawa osmolit /osmoprotektan/ compatible solute ataupun dengan aktivasienzim antioksidan (Toruan-Mathius, 2001).
Senyawa osmolit/ osmoportektan dapat menyesuaikan nilai potensial osmostik ketika potensial osmotik sel menurun, sehingga tanaman dapat melakukan absorpsi air dan mengurangi konsentrasi garam di dalam sel. Berbagai respon tersebut merupakan sinyal primer cekaman osmotik (Yokoi, 2002).
Glysin Beatine merupakan salah satu senyawa osmolit/ osmoprotektan, yang melindungi tanaman dengan menjaga keseimbangan air antara di dalam sel tanaman dengan lingkungan, dan berperan untuk menstabilkan makromolekul (Bartels & Sunkar, 2005).
Konsisten dengan akumulasi glysin betaine di tanaman yang tercekam salinitas, cekaman garam juga meningkatkan aktivitas BADH, protein BADH, dan terdeteksinya BADH di tanaman bayam (Elizabeth et. al., 1990).
Tanaman mengalami dehidrasi yang disebabkan oleh cekaman salinitas, sehingga tanaman mensintesis dehidrin yang berperan penting dalam menjaga stabilitas protein membran dan menjaga tekanan osmotik. Pada cekaman kekeringan, dehidrin menjaga sel agar tidak terkena dehidrasi. Dehidrin juga berfungsi seperti prolin, sukrosa, ataupun glisin betain untuk menjaga tekanan osmotik (Nayer &Reza, 2007).
Dehidrin juga berperan dalam stabilisasi makromolekul dengan cara mengikat molekul air pada permukaan hirofiliknya, yang mencegah terjadinya denaturasi protein, serta mengikat hidrogen peroksida sehingga mengurangi toksisitas ROS. Akumulasi dehidrin ditemukan di sitoplasma, nukleus, membran plasma, membran vakuola, dan mitokondria (Hara et. al., 2005).
ROS termasuk hidrogen peroksida (H2O2) adalah implikasi dari cekaman abiotik seperti salinitas dan logam berat. ROS merupakan komponen sinyal transduksi akibat cekaman abiotik, dan juga pemicu kematian sel (Bailly et al., 2003).
            Produksi ROS mengakibatkan terjadinya proses fotooksidatif dan kerusakan sel, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis. Reduksi fotosistem II (PS II) terjadi ketika asimilasi karborn terganggu akibat kondisi cekaman. Selain itu, ROS juga menyebabkan gangguan pada reaksi Mehler sehingga oksigen tereduksi menjadi superoksida (O2 -) dan akhirnya menjadi hidrogen peroksida (H2O2).





B. METODE

a. Tempat dan waktu praktikum
            Praktikum di laksanakan di laboratorium pemuliaan tanaman dan
           greenhouse fakultas pertanian universitas jenderal soedirman
b. Alat dan Bahan
           Alat yang di gunakan adalah alat penyiram, oven, tali rafia, kertas
          label, amplop kertas, plastik, alat tulis, timbangan analitik, penggarsi
           panjang, sitter, magnetic sitter, kertas pembungkus, kertas label,  
          alumunium foil, gelas ukur dan polibag. Bahan yang di gunakan
          benih kedelai, benih jagung, benih kacang hijau, benih buncis, benih
         cabai, garam NaCl
c. Rancangan percobaan
                        Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
d. Variabel pengamatan
           Tinggi tanaman, panjang akar terpanjang, bobot kering tanaman,
            bobot tajuk, bobot akar.
e. Prosedur kerja
- Tanah sebagai media tanam disiapkan, dimasukkan dalam polibag yang telah di buat lubang tanam. Siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polybag yang telah berisi tanah tadi di bagi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol (S0) kelompok kedua adalah sebagai perlakuan salinitas (S1)
- Benih yang akan di tanam disiapkan dipilih yang baik dan bernas
- Benih di tanam pada polibag masing-masing 3 tanaman perpolibag
- Polybag diletakkan sesuai dengan perlakuan yang sudah di tentukan berdasarkan rancangan acak kelompok ( RAK ) diulang sebanyak 3 kali
- Pemeliharaan seperti biasa, dilakukan dengan pemberian air hingga kapasitas lapang pada kontrol
- Perlakuan dengan menyiapkan larutan garam NaCL. Garam NaCL dilarutkan dalam air dengan konssentrasi 0,6 DHL. Untuk tanaman jagung da cabai, setas 0,8 DHL untuk tanaman kedelai, kacang hijau, dan buncis
- Pelaksanaan perlakuan dilaksanakan dengan menyiram tanaman dengan larutan NaCL yang telah di buat
- Penyiraman larutan NaCL dilakukan saat tanam dan di ulang setelah tanaman berumur 7 hari dan 21 hari setelah tanam
- Pengamatan dilakuka setiap minggu dengan mengamati pertumbuhan tanaman pada masing-masing benih pada setiap perlakuan
- Amati pertumbuhan tanaman hingga akhir praktikum yang meliputi tinggi tanaman, dan panjang akar terpanjang
- Setelah itu tanaman di oven selama 3 hari kemudian diukur bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar da rasio tajuk/akar.







C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Mekanisme toleransi
Ketahanan avoidance yaitu dengan
a. Exclude garam secara pasif ( mencegah masuk )
Disebabkan terutaa rendahnya permeabilitas ( tidak permable ) terhadap garam atau ion jadi pasif, mesikipun konsentrasi Na relatif tinggi
b. Extrade garam secara aktif ( termasuk excresi dan sekresi mendorong keluar )
Memompa atau mendorong keluar dengan memobolisasikan energi untuk memompa keluar Na dan memasukkan K . sulit membedakan pasif exclution dan aktif extration
c. Mengencerkan garam yang masuk
Pengenceran garam dilakukan  tanaman rhizosphora micromata dengan tidak men-exculude garam walaupun konsentrasinya tinggi. Pada saat pertumbuhan air juga di serap dalam jumlah cukup untuk mecegah peningkatan konsentrasi ( pengenceran )
Ketahanan toleransi
Tanaman halophyt oada umumnya mengakumulasi ion adi berarti toleran merupakan mekanisme yang superior untuk pertumbuhan pada habitan salin. Garam ini di serap dan di angkut kedaun
Macam – macam toleran
1. Toleran terhadap stress osmotik
Mekanismenya disebut osmoregulation, kompensasi osmotik atau osmotik adjustmen. Respon pertaman terhadap salinitas adalah kehilangan turgor karena stress osmotik adalah suatu tipe sress defisit air. Tolerasninya ada 2 tipe yaitu


a. Avoidan dehidrasi
Adalah menghindarnya terjadi dehidrasi sehingga memungkinkan terjadinya redehidrasi dari sel.
b. Toleransi dehidrasi
Memungkinkan tanaman bertahan terhadap kehilangan turgor. Keadaan ini dapat di pelihara bila sel dalam keadaan tidaktumbuhn. Osmoregulation yang terjadi bila tanaman di paparkan pada stress garam adalah karena
- Aktif mengambil gara atau ion garam
- Mensintesis bahan laruto organik
 Secara morfologis bentuk toleransi dan meknismenya antara lain,
1. Pengguguran daun
Dilakukan untuk menguramhipenguapan saat kekurangan air, pengguran daun dimaksudkan untuk mengurangi pengupan pada saat musim kemarau.Mekenisme pengguguran daun diawali ketika suhu disekitar tumbuhan memanas dansumber air yang mulai menipis, hal ini akan membuat tumbuhan merespon cekamantersebut dengan mengggurkan daun, denggan digugurkannya daun maka penguapan dankebutuhan makanan tumbuhan akan berkurang sehingga tumbuhan mampu bertahan.
2. Pengurangan luas dan tebal daun, kemampuan tanaman tetap tumbuh pada kondisi kekurangan air yaitu dengan menurunkan luas daun dan memperpendek siklus tumbuh.
3. Faktor-faktor akar,
4. kemampuan akar untuk menyerap air di lapisan tanah paling dalam,kemampuan untuk melindungi meristem akar dari kekeringan dengan meningkatkanakumulasi senyawa tertentu seperti glisin, betain, gula alkohol atau prolin.

Setiap jenis tanaman mempunyai tanggapan yang berbeda-beda terhadap salinitas. Tanaman padi yang keracunan garam menunjukan gejala visual pertumbuhan yang tidak merata dan pertumbuhan terhambat (Ismunadji dan Sudjadi, 1983). Dinyatakan pula oleh Windarti et al., (2004) bahwa tanaman yang dipengaruhi oleh salinitas dapat mengalami pengkerdilan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu menurunnya tekanan osmosis sel karena potensial air tanah yang rendah atau karena terganggunya proses pengangkutan air dan hara ke pucuk, ketidakseimbangan hormonal dan terganggunya proses fotosintesis.  Jika tanaman dalam kondisi tercekam, maka kadar hormon dalam jaringan akan berubah. Hal ini memungkinkan tanaman untuk tetap tumbuh pada keadaan yang kurang sesuai.
Organ yang pertama dipengaruhi oleh cekaman adalah organ yang terletak paling jauh dari organ yang terkena cekaman. Pada tanaman glikofit pertumbuhan akar kurang dipengaruhi oleh salinitas dibanding pertumbuhan pucuk (batang, daun dan buah). Faktor hormonal yang diduga berperan dalam perlindungan akar adalah sitokinin. Sitokinin berfungsi untuk mencegah kerusakan pada membran sel akar (Salisbury and Ross, 1995). Menurut Windarti et al., (2004) Akar yang menyebar secara vertikal merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi lingkungan salin.
Daun merupakan organ terpenting dari tanaman yang menentukan kelengkapan suatu tanaman karena di dalam daun terjadi proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi.
Penurunan lebar daun yang merupakan adaptasi tanaman terhadap lingkungan salin berakibat pada penurunan kemampuan fotosintesis. Hal tersebut terjadi karena lebar daun yang menyempit berarti penurunan kemampuan tanaman untuk memperoleh energi sinar matahari guna proses fotosintesis, namun demikian penurunan kemampuan fotosintesis juga dipengaruhi kadar garam. Jika tanaman tercekam salinitas meskipun pada kosentrasi garam yang rendah, maka penurunan kemampuan sel-sel daun untuk mengikat CO2 serta laju pengangkutan air dan unsur-unsur hara akan terjadi. Menurut Amzallag (1997) salinisasi mengakibatkan peningkatan ABA dan penurunan sitokinin. Peningkatan kadar ABA merupakan sinyal bagi daun bahwa terjadi kekurangan atau penurunan kuantitas air yang mampu diserap oleh akar. Oleh karena itu tanaman harus menghemat air. Daun akan memberikan tanggapan dengan melakukan penutupan stomata, sehingga terjadi penyesuaian antara besar air yang diserap oleh akar dengan air yang hilang melalui tranpirasi. Penutupan stomata tersebut menyebabkan pasokan CO2 untuk keperluan fotosintesis mengalami penurunan. Dengan penurunan asimilasi CO2 berarti pula terjadi penurunan produksi bahan kering yang akan digunakan untuk pelebaran daun (Raghravendra, 1991).
Cekaman garam dapat menimbulkan kerusakan morfologis pada daun. Gejala awal yang tampak adalah daun mengalami klorosis, kemudian mulai tampak layu melengkung ke atas atau ke bawah (cuping) serta tampak menyempit dan tebal seperti gejala sukulensi. Selanjutnya daun mulai tampak memucat disertai nekrosis pada ujung dan tepi daun. Daun menjadi lebih cepat kering dan pecah-pecah kemudian gugur (Windarti et al., 2004). Gejala tersebut merupakan kerusakan yang biasa terjadi jika tanaman sensitif terhadap kadar garam. Keadaan tersebut disebabkan oleh toksisitas ion Na+ atau Cl- yang mungkin diakumulasikan pada daun. Toksisitas klorida biasanya lebih berat dibanding toksisitas natrium. Kerentanan atau kemampuan tanaman untuk mencegah atau memperlambat akumulasi Cl- pada pucuk tanaman akan berbeda tergantung jenis tanaman (Maas and Nieman, 1978). Dari sifat ciri varietas lokal dari Brebes (lampiran 6), diketahui bahwa daun mengalami nekrosis pada ujungnya sebesar 20 %.
Batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan yang  mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada diatas tanah sepeti daun, bunga dan buah dan sebagai jalan pengangkutan air dan makanan dari bawah ke atas (Tjitrosoepomo, 2000).
Menurut Silitonga (1987) kekuatan batang dan tinggi tanaman berpengaruh terhadap kerebahan tanaman. Siregar (1981) menyatakan bahwa sifat tahan rebah berhubungan dengan daya hasil dan mutu beras. Derajad keburukan mutu beras tergantung dari waktunya pertanaman mengalami rebah. Lebih cepat tanaman itu rebah sebelum waktunya dilakukan pemungutan hasil, semakin buruk mutu beras.
Malai merupakan bunga banyak (majemuk) dengan ibu tangkai bunga bercabang-cabang dan masing-masing cabang mendukung bunga-bunga dengan susunan seperti bulir.  . Menurut (Marschner, 1995) adanya salinitas akan menurunkan aktifitas fotosintesis dan meningkatkan respirasi sehingga  mengkibatkan absorbsi nutrisi tidak optimal  dan apabila hal ini terjadi selama pembungaan akan berpengaruh pada kesuburan malai serta menurunkan hasil panen. Dinyatakan pula oleh Misra  et al., (1997) bahwa pada tanah salin biasanya kahat fosfor. Fosfor yang dibutuhkan tanaman untuk merangsang pembungaan  tanaman terhambat pengambilannya karena terjadi pengendapan Ca pada tanah salin tersebut (Nugraheni et al., 2000).
Pada fase pembungaan, tanaman memerlukan suplai karbohidrat dalam jumlah besar. Akan tetapi pada lahan bersalinitas karbohidrat ini banyak dikonsumsi tanaman untuk berespirasi sehingga berpengaruh pada viabilitas dan perkecambahan benang sari dan putik, jumlah produksi benang sari dan putik pun  berkurang (Dhingra and Varghese, 1997).  

    Hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang akar, bobot kering tanaman, bobot kering tajuk tanaman, dan bobot kering akar tanaman. Hal ini di karenakan pengaruh salinitas yang menyebabkan perakaran menjadi terganggu sehingga timbul kerusakan pada sistem metabolisme tumbuhan









D. SIMPULAN


- Tumbuhan dapat dibagi dalam 2 kelompok besar berdasarkan responnya     pada  konsentrasi tinggi garam. Halofita(Halophytes) adalah tumbuhan yang asli pada tanah2 salin dan menyelesaikan siklus hidupnya pada lingkungan yang demikian ini. Glikofita ( Glycophytes- secara leterlek ”tumbuhan manis”) atau non halofita yang tidak mampu untuk menahan garam sederajat  halofita
- Tampilan fenontif tanaman yang tercekam salinitas pada umumnya memliki      akar yang kerdil, daun yang menkerut dan batang yang kerdil.



















E. SARAN

Praktikum sebaiknya di lakukan di awal semster agar konsentrasi pengerjaan laporan tidak terganggu masalah ujian, pkl dan KKn.



























F. DAFTAR PUSTAKA

Toruan-Mathius N., Wijana G., Guharja E., Aswidinnoor H.,Yahya S., dan Subronto. 2001. Respons tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) terhadap cekaman kekeringan. Menara Perkebunan. Vol. 69 No. 2 Hal. 29-45

Yokoi., Shuji, Ray A. Bressan and Paul Mike Hasegawa. 2002. “Salt Stress Tolerance of Plants”. JIRCAS Working Report (2002) 25-33.


Bartels, Dorothea and Ramanjulu Sunkar.2005. “Drought and Salt Tolerance in Plants”. Critical Reviews in Plant Sciences, 24:23–58.

Elizabeth, A. Weretilnyk dan Andrew D. Hanson. 1990. “Molecular cloning of a plant betaine-aldehyde dehydrogenase, an enzyme implicated in adaptation to salinity and drought”. Proc. Natl. Acad Sci. USA 87.


Nayer, Mohammadkhani, dan Reza Heidari. 2007. “Effects of Drought Stress on
Soluble Proteins in two Maize Varieties”. Turk J Biol. 32 (2008) 23-30

Hara M., Fujinaga M., and Kuboi T. 2005. Metal Binding by Ctrus Dehiydrin With Histidine-Rich Domains. Journal of Experimental Botany Vol. 56 No. 420 Hal. 2695-2703.

Bailly, Christophe, Juliette Leymarie, Arnaud Lehner, Sandra Rousseau, Daniel Co Ãmeand, Franc Ëoise Corbineau. 2004. “Catalase Activity And Expression In Developing Sun Flower Seeds As Related To Drying”. Journal of Experimental Botany,Vol.55,No.396.S








                                           CEKAMAN CAHAYA



A. PENDAHULUAN

Cahaya merupakan faktor esensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Fotosintesis : sebagai sumber energi bagi reaksi cahaya, fotolisis air menghasilkan daya asimilasi (ATP dan NADPH2). Cahaya matahari ditangkap daun sebagai foton akan tetapi tidak semua radiasi matahari mampu diserap tanaman, yang dapat ditangkap  cahaya tampak  dengan panjang gelombang 400 s/d 700 nm
Faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi yang sampai ke bumi: sudut datang, panjang hari, komposis atmosfer. Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi. Peranan cahaya dalam respirasi adalah fotorespirasi dan menaikkan suhu. Sedangkan peranan cahaya dalam transpirasi ialah transpirasi stomater serta mekanisme bukaan stomata.
Kebutuhan intensitas cahaya berbeda untuk setiap jenis tanaman, dikenal tiga tipe tanaman C3, C4, CAM. C3 memiliki titik kompensasi cahaya rendah dan dibatasi oleh tingginya fotorespirasi, sedangkan C4 memiliki titik kompensasi cahaya tinggi sampai cahaya terik dan tidak dibatasi oleh fotorespirasi.
Besaran yang menggambarkan banyak sedikitnya radiasi matahari yang mampu diserap tanaman adalah ILD. ILD kritik dan ILD optimum, ILD kritik menyebabkan pertumbuhan tanaman 90% maksimum. ILD optimum menyebabkan pertumbuhan tanaman (CGR) maksimum. ILD optimum setiap jenis tanaman berbeda tergantung morfologi daun. Faktor eksternal juga mempengaruhi nilai ILD optimum, misalnya jarak tanam (kerapatan tanaman) maupun sistem tanam. Faktor eksternal mempengaruhi radiasi yang diserap dan nilai ILD optimum, melalui efek penaungan (mutual shading)
Penaungan adalah distribusi cahaya dalam tajuk tidak merata, ada daun yang bersifat parasit terhadap fotosintat yang dihasilkan daun yang lain, NAR rendah, CGR rendah, telah tercapai titik kompensasi cahaya, ILD telah melampaui nilai optimumnya. Kaitannya dengan ILD optimum setiap jenis tanaman perlu dilakukan kajian mengenai jarak tanam yang menyebabkan tercapainya ILD optimum tersebut. Pengaturan jarah tanam ditentukan oleh tingkat kesuburan lahan maupun habitus tanaman (morfologi tanaman)
Penentuan kerapatan tanaman dipengaruhi juga oleh hasil ekonomis yang akan diambil dari pertanaman. Hasil ekonomis tanaman berupa biji (produk reproduktif yang lain). Kalau dibuat grafik hubungan antara kerapatan dengan hasil, kurve berbentuk parabolik, ada nilai LAI optimum. Peningkatan kerapatan tanaman setelah LAI optimum, menimbulkan penurunan hasil. Hasil fotosintesis digunakan lebih banyak untuk keperluan vegetatif. Hasil ekonomis tanaman berupa bagian vegetatif tanaman, grafik hub antara kerapatan dengan hasil berbentuk asimtotik. Jarak tanam dibuat serapat mungkin supaya penyerapan radiasi maksimum cepat tercapai, dapat dikatakan tidak ada LAI optimum
Faktor yang Menentukan Besarnya Radiasi Matahari ke Bumi
Sudut datang matahari (dari suatu titik tertentu di bumi) bergantung pada panjang hari, keadaan atmosfer (kandungan debu dan uap air). Panjang hari sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan di daerah sub-tropik. Keberadaan radiasi, sering terbatas di sub-tropik pada musim tertentu, sehingga kekurangan radiasi matahari merupakan kendala utama pertanian di sub-tropik. Panjang hari di daerah tropik tidak terlalu menimbulkan masalah (bukan faktor pembatas), relatif konstan, 12 jam/hari. Yang sering menjadi faktor pembatas adalah masalah kelebihan radiasi (intensitas matahari
Pada kondisi kekurangan cahaya, tanaman berupaya untuk mempertahankan agar fotosintesis tetap berlangsung dalam kondisi intensitas cahaya rendah. Keadaan ini dapat dicapai apabila respirasi juga efisien (Sopandie et al., 2003). Mohr dan Schopfer (1995) menyatakan kemampuan tanaman untuk beradaptasi terhadap lingkungan ditentukan olehsifat genetik tanaman. Secara genetik, tanaman yang toleran terhadap naunganmempunyai kemampuanadaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan.
Taiz dan Zeiger (1991) menyatakan distribusi spektrum cahaya matahari yangditerima oleh daun di permukaan tajuk (1900 umol m-2s-1) lebih besar dibanding dengandaun di bawah naungan (17.7 umol m-2s-1). Pada kondisi ternaungi cahaya yang dapatdimanfaatkan untuk proses fotosintesis sangat sedikit. Cruz (1997) menyatakan naungandapat mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai katalisator dalam fiksasiCO2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya.
Pengaruh intensitas cahaya rendah terhadap hasil pada berbagai komoditi   sudah banyak dilaporkan. Naungan 50% pada padi genotipe peka menyebabkan jumlah gabah/malai kecilserta persentase gabah hampa yang tinggi,sehingga produksibiji rendah (Sopandie et al., 2003). Intensitas cahaya rendah pada saat pembungaan padi dapat menurunkan karbohidrat yang terbentuk, sehingga menyebabkan meningkatnya gabah hampa (Chaturvedi et al., 1994). Intensitas cahaya rendah menurunkan hasil kedelai (Asadi et al., 1997), jagung (Andre et al., 1993), padi gogo(Supriyono et al.,2000), ubi jalar (Nurhayati et al., 1985), dan talas (Caiger, 1986 ; Wirawati et al., 2002).

















B. METODE


a. Tempat dan waktu praktikum
Praktiuk dilaksanakan di laboratorium  pemuliaan tanaman dan greenhouses fakultas pertanian universitas jenderal soedirman
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat penyiram, oven, tali rafia, kertas label, amplop kertas, plastik, alat tulis, timbangan analitik, penggaris panjang, gelas ukur, lux meter, dan polibag
Bahan yang di gunakan adalah benih kedelai, benih jagung, benih kacang hijau, benih buncis dan benih cabai.
c. Rancangan percobaan
Rancangan yang di gunakan adalah  Racangan Acak Kelompok (RAK)
d. Variabel pengamatan
Tinggi tanaman, panjang akar terpanjang, bobot kering tanaman, bobot tajuk dan bobot akar
e. Prosedur kerja
- Tanah sebagai media disiapkan, dimasukkan dalam polibag yang telah dibuat lubang tanam, siram dengan air hingga kapasitas lapang. Polybag yang telah terisi tanah tadi di bagi 2 kelompok. Kelompok pertama sebagai kontrol (N0). Kelompok kedua adalah sebagai perlakuan naungan (N1)
- Benih yang akan di tanam disiapkan dipilih yang baik dan bernas
- Benih di tanam pada polibag masing-masing 3 tanaman perpolybag
- Polybag diletakkan sesuai dengan perlakuan yang sudah di tentukan berdasarkan rancangan acak kelompok ( RAK ) diulang sebanyak 3 kali
- Pemeliharaan tanaman seperti biasa, dilakukan dengan pemberian air hingga kapasitas lapang pada control dan juga perlakuan
- Sebagai kontrol tanaman dalam polibag diletakkan diluar dan sebagai perlakuan tanaman dalam polibag di taruh di bawah naungan sebesar 65%
- Setiap 3 hari sekali intensitas cahaya di ukur dengan menggunakan lux meter sampai akhir pengamatan
- Pemeliharaan dilakukan dengan menjaga kelembapaj media dengan menyiram hingga kapasitas lapang
- Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan mengamati pertumbuhan tanaman pada masing-masing benih pada setiap perlakuan
- Diamati pertumbuhan tanaman hingga akhir praktikum yang meliputi tinggi tanaman, dan panjang akar terpanjang
- Setelah itu tanaman dioven selama 3 hari kemudian di ukur bobot kering tanaman, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan rasio tajuk/ akar.





HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme tanaman cekaman naungan
Mekanisme pertahanan terhadap naungan ada 2 yaitu
Avoidan dan toleran
1. Avoidan
Karena tanaman tidak dapat bergerak ( pindah tempat ) maka tidak dapat menerima cahaaya dengan intensitas yang lebih tinggi dari pada inceden radiation ( yang diterima = yang terjadi ). Avoidannya adalah dengan meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya ( interception )
Ada 2 mekanisme avoidan
- Meningkatkan total intersepsi dengan alat penangkap cahaya ( luas daun ).  Meningkatkan proporsi luas daun per unit jaringan kering ( agar efisiensi maksimal ). Luas daun di tingkatkan dengan pembelanjaan material secara minimal, yaitu daun yang terlindung menjadi tipis dengan kandungan bahan kering rendah hingga dapat menghasilkan permukaan fotosintesis maksimum per unit bahan kering
- Peningkatan persentase cahaya yang ditangkap yang di gunakan untuk fotosintesis dengan cara penurunan proporsi cahaya yang di pantulkan dari pada yang di teruskan, mengurangi pemborosan cahaya yang di absobsi dengan menghilangkan substansi yang mengabsobsi cahaya dan tidak meneruskan ke pusat fotosintesis ( seperti lilin, kutikula, da rambut ), tanaman tinggi menyesuaikan igmen ke kualitas cahaya pada keadaan ternaungi dengan mengurangi proporsal klorofil .a dan klorofil b., menempatkan kloroplast di semua epidermis dan tidak hayan di guard cell .



2. Toleran
Shade plant dicirikan oleh titik kompensasi cahaya yang lebih rendah dari sun plant untuk mengakumulasi hasil Fotosintesis pada aras cahaya yang lebih rendah dari yang cepat dilakukan oleh sun plant
Adaptasi yang menunjukkan ketahanan lebih besar terhadap defisit cahaya dari pada sun plant karena kloroplasnya tidak melakukan net breakdwon ( masih bisa sintesis klorofil ) seperti pada sun plant kalau terjadi defisit cahaya. Ekstrimnya pada sahed tolerance plant, sistem sitesis klorofilnya tetap berfungsi sesudah fotosintesis hari dalam kegelapan.
Toleransi terhadap defisit cahaya dapat di sebabkan oleh laju respirasi rendah yang akan menghasilkan produk fotosintesis bersih walaupun laju fotosintesis aktual pada shade plant tidak lebih besar daripada sun plan.

         Tanaman yang ternaungi akan terlihat warnanya lebih gelap atau hijau tua hal ini di karenakan meningkatnya jumlah kandungan pigmen dan jumlah kloroplas pada kloroplast. Tanaman terlihat lebih kurus dan memanjang, hal ini di sebabkan oleh fotonasti yang meransang tanaman untuk mencari sumber cahaya atau arah datang cahaya.
       Hasil analisis praktikum di peroleh data sebagai berikut
Tanaman Buncis
Tinggi Tanaman Buncis
         Varietas dan interkasi antara varietas dan naungan tidak berbedanyata atau tidak memberikan perngaruh yang nyata terhadapa tingi tanaman buncis.
Panjang akar tanaman buncis
         Pengaruh varieras tidak berbeda nyata atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap panjang akar buncis pada data kontrol ataun N0
         Pengaruh varietas tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman buncis ( N1 )
Bobot Kering Akar
     Pada kontrol pengaruh varietas tidak berbeda nyata atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap bobot kering akar tanaman buncis
Sedangkan pada naungan pengaruh varietas tidak berbeda nyata atau tidak berpengaruh secara nyata tergadap bobot kering akar tanaman buncis.
Kesimpulannya adalah varietas dan interkasi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memeberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman buncis
Bobot tajuk tanaman buncis
Varietas dan interkasi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman buncis
Bobot kering tanaman buncis
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman buncis
Tanaman Kedelai
Tinggi tanaman kedelai
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman kedelai.
Panjang akar tanaman kedelai
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman kedelai.
Bobot kering akar tanaman kedelai
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman kedelai
Bobot kering tajuk
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kedelai
Bobot kering tanaman kedelai
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman kedelai
Tanaman Kacang Hijau
Tinggi tananamn kacang hijau
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tananaman kacang hijau
Panjang akar tanaman kacang hijau
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman kacang hijau

Bobot kering akar kacang hijau
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman kacang hijau
Bobot kering tajuk kacang hijau
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kacang hijau
Bobot kering tanaman kacang hijau
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman kacang hijau
Tanaman Jagung
Tinggi tanaman jagung
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman jagung
Panjang akar
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman jagung
Bobot kering akar
Pengaruh varietas tidak berbeda nyata atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap bobot kering akar tanaman jagung
Bobot kering tajuk
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kerig tajuk tanaman jagug
Bobot kering tanaman
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman jagung.
Tanaman Cabai
Tinggi tanaman
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman cabai.
Panjang akar
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar tanaman cabai.
Bobot kering akar
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering akar tanaman cabai
Bobot kering tajuk
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman cabai
Bobot kering tanaman
Varietas dan interaksi antara varietas dan naungan tidak berbeda nyata atau tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman

Naungan dalam dunia pertanian
Kegunaan umum naungan ialah untuk melindungi tanaman dari penyinaran matahari yang berlebihan, menyediakan kelembaban yang tinggi agar tidak terjadi kenaikan suhu yang melampaui daya tahan tanaman, penguapan air terlalu cepat baik dari tubuh tanaman maupun lewat permukaan tanah, melindungi tanaman dari tiupan angin kencang dan curah hujan, menurunkan suhu maksimum pada siang hari dan menaikkan suhu minimum pada malam hari. Selain mempengaruhi intensitas radiasi matahari, naungan juga berpengaruh terhadap kualitas cahaya yang diterima. Kualitas cahaya yang diterima tanaman akan berbeda bila dikenakan pada filter yang berbeda atau warna naungan yang berbeda. Kualitas cahaya yang ternaungi akan berbeda dengan kualitas cahaya
matahari langsung



                                                                   D. SIMPULAN


1. Avoidan
Karena tanaman tidak dapat bergerak ( pindah tempat ) maka tidak dapat menerima cahaaya dengan intensitas yang lebih tinggi dari pada inceden radiation ( yang diterima = yang terjadi ). Avoidannya adalah dengan meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya ( interception )
2. Toleran
Shade plant dicirikan oleh titik kompensasi cahaya yang lebih rendah dari sun plant untuk mengakumulasi hasil Fotosintesis pada aras cahaya yang lebih rendah dari yang cepat dilakukan oleh sun plant




                                                                  E. SARAN

                                                    Semangat buat laporannya ya teman -teman





                                                          F. DAFTAR PUSTAKA


Andre FH, Uhart SH, Frugone MI. 1993.InterceptedRadiationat Flowering andKernelNumber in Maize: Shade versus Plant Density Effects. Crop Sci 33: 482-485.

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989.AnalisisPangan.Bogor. IPB Press.Arnon DI. 1949. Copper Enzymes in Isolated Chloroplast, Poliphenol Oxidase inBeta vulgaris. Plant Physiol24 :1 -15

Asadi D,Arsyad M,Zahara H,Darmijati.1997.Pemuliaan Kedelai untuk ToleranNaungan dan Tumpangsari.Buletin Agrobio. Vol. 1. No. 2. Balai PenelitianBioteknologi Tanaman Pangan. Bogor. hal:15-20

Caiger S. 1986. Effect of Shade on Yield of Taro Cultivars in Tuvalu.Agric. Bulletin
11(2):66-68.

Chaturvedi GS, Ram PC, Singh AK, Ram P, Ingram KT, Singh BB, Singh RK, SinghVK. 1994. Carbohydrate Status of Rainfed Lowland Rice in Relation toSubmergence, Drought and Shade Tolerance. In Proceeding:Physiology of Stress Tolerance in Rice. Los Banos: IRRI Philippines. hal:104-122.

Chowdury PK, Thangaraj M, and Jayapragasam. 1994. Biochemical Changes in LowIrradiance Tolerant and Succeptible Rice Cultivars. Biol. Plantarum. 36(2): 237-242. Cruz P. 1997. Effect of Shade on the Growth and Mineral Nutrition of C4 Perennial Grass Under Field Conditions. Plant and Soil 188:227-237

Elfarisna. 2000.Adaptasi Kedelai terhadap Naungan : Studi Morfologi danAnatomi.
Tesis S2. Program Pascasarjana. IPB Bogor. Gardner FP, Pearce RB, and Mitchell RL. 1991. Physiology of Crop Plants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Gomez KA,Gomez AA.1995.Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.EdisiKedua.(Diterjemahkan oleh Endang Sjamsuddin dan Yustika S Baharsjah).Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Hidema J, Makino A, Kurita Y, Mae T, Ohjima K.1992. Changes in the Level ofChlorophyll and Light-harvesting Chlorophyll a/b Protein PS II in Rice LeavesAgent Under Different Irradiances from Full Expansion Through Senescense. Plant Cell Physiol33(8): 1209-1214.
Johnston M,OnwuemeIC. 1998. Effect of Shade on Photosynthetic Pigments in theTropicalRoot Crops: Yam, Taro, Tannia, Cassava and Sweet Potato. Exp Agric34:301-312.
Nurhayati AP, Lontoh, Koswara J. 1985.Pengaruh Intensitas dan Saat PemberianNaungan terhadap Produksi Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamp.). Bul. Agr16:28-38.
Sahardi. 2000. Studi Karakteristik Anatomi dan Morfologi serta Pewarisan Sifat
Toleransi terhadap Naungan pada Padi Gogo (Oryza sativaL). Disertasi. IPB
Bogor. hal:1-3.


Isi masih berantakan harap maklum

ISI BLOG

Postingan Populer