gravatar

FISIOLOGI TUMBUHAN_PENGARUH AUKSIN TERHADAP AKAR

                                                     ACARA PRAKTIKUM X
                      PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR


I. PENDAHULUAN

Hormon tumbuhan atau phytohormon adalah zat pengatur yang dihasilkan oleh tumbuhan yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses-proses fisiologis dalam tubuh tumbuhan. Sedangkan zat pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik selain nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri dalam tumbuhan maupun senyawa-senyawa kimia sintetik yang dalam jumlah kecil memascu, menghambat atau sebaliknya merubah beberapa proses fisiologi dalam tumbuhan.
Dalam fisiologi tumbuhan dikenal ada lima zat pengatur tumbuh yaitu : auksin, gibberellin, cytokinin, ethylene dan abscisic acid. Pada suatu jaringan tumbuhan mungkin akan berisi lebih dari satu macam zat pengatur tumbuh dalam mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Pengaruh suatu zat pengatur tumbuh dalam tumbuhan dapat terjadi secara individu maupun berinteraksi bersama-sama dengan zat pengatur tumbuh yang lain, baik pengaruh yang bersifat sinergik maupun pengaruh antagonistic.
Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang banyak dihasilkan di jaringan-jaringan yang masih giat membelah, seperti bagian pucuk tumbuhan. Peranan auksin antara lain dalam pembelahan dan pembesaran sel serta diferensiasi sel. IAA, IBA merupakan suatu contoh jenis auksin yang dapat dihasilkan di luar tubuh tumbuhan itu sendiri. Perlakuan auksin pada stek batang tumbuhan diketahui dapat mempercepat, memperbanyak atau meningkatkan proses pembentukan akar pada stek tersebut. besarnya pengaruh auksin pada pembentukan akar stek ini dipengaruhi oleh konsentrasi auksin yang diberikan maupun media yang digunakan yaitu pasta lanolin atau talk.
Tujuan praktikum pengaruh auksin terhadap pembentukan akar diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengenal adanya hormon atau zat pengatur tumbuh.
b. Dapat mengetaui dan mempelajari peranan zat pengatur tumbuh auksin pada pembentukan akar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Faktor pertumbuhan adalah bahan yang dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan kelangsungan hidup dirinya tetapi sel tidak dapat memproduksi diri sendiri (Suwasono, 1986). Ditinjau dari asal senyawa itu faktor pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
1. Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang dari luar tumbuhan.
2. Hormon, yakni jika senyawa itu dihasilkan dari tubuh tumbuhan.
Hormon tumbuhan terdiri dari tiga grup senyawa, yakni auksin, giberelin, dan kinin. Hormon merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali, ditransformasikan ke dalam tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan dan proses-proses fisiologis lainnya. Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang perbesaran sel. (Sutarmi, 1985). F.W.Went, berhasil menemukan adanya zat yang dihasilkan oleh ujung tumbuhan dan yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan. Zat itu disebut zat penumbuh atau auksin.
Auksin berfungsi dalam pengembangan sel – sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel – sel tersebut menjadi panjang – panjang dan banyak berisi air. Ternyata auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel, di mana mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplas. Maka, karena tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel – sel yang ada di bawahnya., karena sel – sel yang ada di dekat titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikiankita peroleh sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh.
Pada tanaman yang dibiakkan dengan stek, stek yang akan ditanam harus mempunyai tunas agar dapat menghasilkan akar. Sehingga harus ada sesuatu yang dihasilkan oleh tunas dan yang diedarkan ke daerah bawahnya, yaitu ke dasar pemotongan stek tersebut. Zat itu disebut juga auksin, atau ada yang menyebutnya rizokalin. Ternyata AIA dan beberapa zat lain yang dibuat di luar tubuh tanaman dapat menggantikan rizokalin tersebut.
Menurut Thimann dan Went (1928), sekalipun suatu stek itu tidak mempunyai tunas pada ujungnya, namun pembentukan akar dapat juga terjadi, asal diberikan AIA atau zat penumbuh yang lain. Auksin sangat berpengaruh terhadap :
1. pembentukan akar
2. pembentukan tunas
3. pembentukan buah
4. gugurnya daun buah
5. sebagai herbisida

III. MATERI PRAKTIKUM

A. BAHAN

Bahan yang digunakan antara lain :
- Stek pucuk jeruk.
- Aquades.
- Roton F.
- Tanah.
- Air.




B. ALAT

Alat- alat yang digunakan diantaranya :
- Pisau.
- Timbangan.
- Karet gelang.
- Polybag berisi pasir.
- Pelastik.

IV. PROSEDUR KERJA

a. Stek pucuk tanaman jeruk nipis disiapkan dengan menyisakan 3-4 bagian daun, gunting sepertiga daun-daun tadi untuk mengurangi penguapan.
b. Bagian ujung stek diolesi dengan auksin yang telah dicampur roton F tadi secara merata, kemudian stek siap untuk ditanam. Proses ini dilakukan dengan lima kali ulangan.
c. Stek di tanam ke dalam polybag yang berisi pasir, kemudian ditempatkan dalam sungkup plastic yang terjaga kelembabannya.
d. Pengamatan dilakukan terhadap kecepatan munculnya tunas baru, banyaknya daun baru yang muncul setelah tiga minggu, banyaknya akar yang tumbuh setelah tiga minggu, panjang akar yang terbentuk.

V. HASIL PENGAMATAN dan ANALISIS DATA

Tabel Pengamatan Pertumbuhan Stek
Grup Perlakuan Ulangan Kecepatan Tumbuh Tunas (hari) Jumlah Daun Baru Jumlah Akar Panjang Akar (cm)
D-3 Kontrol Muda 20 3 3 1-2
Sedang 20 1 2 1-2
Tua 20 2 2 1-3
Auksin Muda 15 4 5 2-3
Sedang 18 2 3 1-3
Tua 17 1 2 1-2
D-4 Kontrol Muda 19 2 3 1-2
Sedang 20 2 1-2
Tua 17 2 0
Auksin Muda 16 2 4 2-3
Sedang 18 2 0
Tua 19 2 1.2
D-5 Kontrol Muda 17 1 3 1.2
Sedang 20 6 1.2
Tua 19 0
Auksin Muda 15 1 9 2-4
Sedang 11 2 3 1-3
Tua 15 1 0


VI. PEMBAHASAN

Hormon berasal dari bahasa Yunani; hormaein yang berarti menggiatkan. Hormon merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali, ditransportasikan ke seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis lainnya. Sedangkan fitohormon ialah sekumpulan zat-zat yang membantu pertumbuhan, biasa disebut zat penumbuh atau hormon pertumbuhan.
Auksin atau asam indole-3-asetat (Indole-3-Acetic Acid = IAA) adalah auksin asli tumbuhan. Auksin terdapat dalam jaringan dalam konsentrasi yang sangat rendah, dengan asam amino triptofan merupakan prekursor utamanya. Hormon ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembelahan sel dan perubahan-perubahan lainnya, auksin bekerjasama dengan hormon lain. Seorang ilmuwan bernama Went mendapatkan auksin pada ujung koleoptil kecambah sejenis gandum Avena sativa, kemudian diketahui bahwa ujung-ujung spesies lain juga mempunyai zat yang fungsinya sama dengan auksin tersebut; zat tersebut lalu diberi nama auksin-b. Auksin-b ini tidak mempengaruhi pertumbuhan spesies lain. Auksin-a (C18H32O5) mempengaruhi pertumbuhan Avena dan spesies lain.
Urine manusia maupun hewan juga mengandung auksin, yaitu auksin-a, auksin-b, dan suatu zat yang disebut hetero-auksin; hetero-auksin adalah asam indol-asetat atau AIA. AIA berasal dari asam amino triptofan; dengan pertolongan berbagai enzim, triptofan menjadi AIA dengan melalui zat antara indol-asetaldehid. Indol-asetaldehida berasal dari asam indolpiruvat atau dari triptamin, dan kedua zat tersebut berasal dari triptofan. Pembentukan triptofan memerlukan Zn. Oleh karena itu, tanaman yang kekurangan unsure Zn tidak dapat membentuk triptofan, sehingga pembentukan auksin menjadi terhalang.
Ujung-ujung koleoptil maupun ujung-ujung tunas mempunyai enzim yang diperlukan untuk pengubahan triptofan menjadi AIA, sehingga auksin banyak disusun di jaringan-jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan ujung akar. Fungsi auksin yang utama adalah menambah kegiatan pembelahan sel di jaringan meristem, selain itu juga sebagai pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem, sehingga sel-sel tersebut menjadi panjang dan berisi air. Auksin mempengaruhi pengembangan dinding sel, sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap protoplasma. Akibat tekanan dinding sel berkurang, protoplasma mendapat kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di bawahnya karena sel-sel yang terdekat pada titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikian diperoleh sel-sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh.
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa rata-rata kecepatan tumbuh tunas, jumlah daun baru, dan jumlah akar baru pada tanaman stek dengan pengaruh auksin lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Pertambahan panjang akar rata-rata 1-3 cm pada kontrol, sedangkan pada pemberian auksin panjang akar sekitar 2-3 cm. pemberian auksin dapat mempercepat pertumbuhan tunas dari tanaman yang di stek. Tingkat hasil pengamatan dari masing-masing kelompok (D-3, D-4, D-5) hampir sama, bahwasannya menunjukan keadaan pengaruh dari pemberian auksin sangat berarti terhadap kecepatan tumbuh tunas, jumlah daun baru, jumlah akar dan panjang akar. Pada perlakuan tanaman stek pucuk ini dilakukan pengguntingan daun kurang lebih sekitar sepertiga dari bagian daun tadi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah penguapan daun.
Pada hasil praktikum dapat diketahui bahwa di bawah kontrol auksin terjadi pembentukan akar-akar lateral di atas akar utama. Pemrosesan akar-akar tanaman dengan auksin biasanya akan memulai sekumpulan akar lateral, tetapi pemrosesan kedua tidak dapat menambah kelompok tambahan. Hal ini menyatakan bahwa sebuah faktor selain auksin sangat diperlukan. Karena ujung akar yang tumbuh dengan kontinue, setelah pemrosesan dengan auksin menghasilkan akar lateral lagi dengan lambat dan mantap. Faktor pembatas itu mungkin dibentuk dalam ujung akar atau kotiledon. Di dalam segmen-segmen akar yang dipisahkan beberapa vitamin meningkatkan pembentukan akar lateral. Hal ini merupakan sebuah proses dimana auksin dan faktor internal lainnya berinteraksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel adalah:
a. cahaya
Sinar dapat merusak auksin dan dapat menyebabkan pemindahan auksin ke jurusan yang menjauhi sinar. Sinar nila merusak auksin atau mencegah terjadinya auksin. Ada dua macam pigmen yang suka meresap sinar nila, yaitu betakarotin dan riboflavin. Riboflavin terdapat di dalam ujung-ujung batang, dan meskipun tanpa betakarotin pengaruh fototropisme tetap ada, sehingga riboflavin merupakan pigmen yang meresap sinar nila yang dapat merusak enzim-enzim yang membantu pembentukan AIA dan triptofan.
b. gaya berat
Peredaran auksin adalah dari puncak menuju ke dasar (bagian akar). Sisi bawah dari ujung batang menerima lebih banyak auksin daripada sisi sebelah atas sebagai akibat dari pengaruh gaya berat.
c. kadar auksin
kadar auksin yang tinggi akan menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi menghambat pertumbuhan sel-sel akar.

VII. KESIMPULAN

1. Hormon merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali, ditransportasikan ke seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis.
2. Auksin terdapat dalam jaringan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel.
3. Pada tanaman stek auksin berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh tunas, jumlah daun baru, jumlah akar, dan pajang akar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel adalah cahaya, gaya berat, dan kadar auksin.













DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Darmawan, Januar. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Suryandaru: Semarang.
Kimball, J.W. 1991. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1985. Botani Umum 2. Angkasa: Bandung.

wow... isi yang menarik salam blogger...
trima kasih atas info kebetulan lagi nyari infi tntnag fitohormon..

btw, template yang menarik.. hit me back!!!!

maksih ea bwat temn bloger atas infox

Isi masih berantakan harap maklum

ISI BLOG

Postingan Populer